welcome to zone blogger betawi bangor

zona umum untuk ajang kita berbagi ilmu

Kamis, 26 Agustus 2010

mengenal adat betawi

Keunikan Ondel-ondel Betawi

Masyarakat Betawi sudah hampir kehilangan seni budayanya. Salah satunya adalah Topeng Betawi atau yang dikenal dengan adegan lenong. Untuk itu perlu Anda cermati bagaimana perkembangan sejarah terbentuknya kesenian ini.

Kesenian rakyat topeng Betawi mengawinkan budaya Melayu, Sunda, dan China. Salah satu tokoh yang terkenal sejak 1970-an adalah Bokir dengan grupnya yang sering pentas, Setia Warga. Pertunjukan itu biasanya diawali dengan tarian Kembang Topeng yang menampilkan banyak penari perempuan.

Sekarang, tarian itu diganti dengan Ronggeng Topeng. Ada interaksi antara penari dan penonton. Selain lewat komentar usil atau celetukan, juga lewat saweran atau memberi uang tips kepada para penari perempuan oleh penonton lelaki. Ondel-ondel juga nyaris hilang dalam perhelatan JAA 2008. Padahal inilah kesenian rakyat Betawi yang paling populer dari waktu ke waktu. Bahkan ondel-ondel dianggap sebagai maskot yang menandai kebudayaan Betawi masih ada dan mampu bergaya.

Ondel-ondel berbentuk dua patung besar berongga menyerupai sosok lelaki dan perempuan. Patung diusung orang pada bagian dalamnya dan digerak-gerakkan seperti manusia. Ondel-ondel diilhami barong landung dalam budaya Hindu Bali yang menggambarkan pengantin Raja Bali dan Putri China. Kepopuleran ondel-ondel juga disulut pula oleh lagu Benyamin Suaeb, Yuk kite nonton ondel ondel. Yuuuk!.



Masyarakat Betawi

Menurut garis besarnya, wilayah Budaya Betawi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Betawi Tengah atau Betawi Kota dan Betawi Pinggiran. Yang termasuk wilayah Betawi Tengah merupakan kawasan yang pada zaman akhir Pemerintah kolonial Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tempat seperti Tanjung Priuk dan sekitarnya. Sedangkan daerah - daerah lain diluar daerah tersebut, terutama daerah - daerah diluar wilayah DKI Jakarta, merupakan wilayah budaya Betawi Pinggiran, yang pada masa lalu oleh orang Betawi Tengah biasa disebut Betawi Ora.

Pembagian kedua wilayah budaya itu bukan semata - mata berdasarkan geografis, melainkan berdasarkan ciri - ciri budayanya, termasuk bahasa dan kesenian tradisi yang didukungnya. Menurut garis besarnya dialek Betawi dapat dibagi menjadi dua sub dialek, yaitu sub dialek Betawi Tengah dan sub dialek Betawi Pinggiran. Di wilayah budaya Betawi Tengah tampak keseniannya sangat besar dipengaruhi kesenian Melayu, sebagaimana jelas terlihat pada orkes dan tari Samrah. Disamping itu masyarakatnya merupakan pendukung kesenian bernafaskan Agama Islam, sedangkan didaerah pinggiran berkembang kesenian tradisi lainnya, seperti Wayang Topeng,Lenong, Tanjidor dan sebagainya, yang tidak terdapat dalam lingkungan masyarakat Betawi Tengah.Timbulnya dua wilayah budaya itu disebabkan berbagai hal, diantara lain karena perbedaan histories, ekonomis, sosiologis, perbedaan kadar dari unsure - unsure etnis yang menjadi cikal bakal masing - masing, termasuk kadar budaya asal suku yang mempengaruhi kehidupan budaya mereka selanjutnya. Agar hal - hal tersebut menjadi lebih jelas, maka selayang pandang akan disajikan latar belakang sejarah terbentuknya masyarakat Betawi, yang sangat erat kaitannya dengan sejarah Jakarta dan sekitarnya.



Dodol Betawi Khas

Dodol ataupun jenang sering identik dengan makanan khas Betawi, Garut dan Purwokerto. Namun, dodol merupakan sejenis makanan yang dikategorikan dalam jenis makanan ringan dan manis. Cukup sulit, membuat dodol yang benar-benar menghasilkan kenikmatan yang berkualitas tinggi, proses pembuatan yang lama serta keahlian yang tinggi pula.

Sebagai Ibukota Negara RI, Jakarta memiliki oleh-oleh yang demikian itu, Dodol Betawi. Masyarakat Betawi sangat antusias dalam menanggapi persoalan makanan manis ini. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, garam, gula pasir, tepung beras dan gula merah.

Condet, salah satu wilayah yang dijadikan sebagai pusat Cagar Budaya Betawi pada pemerintahan Gubernur Ali Sadikin sejak 1976, merupakan perwujudan makanan masyarakat Betawi yang bercirikhas seperti dodol. Peninggalan kebudayaan pada hal pangan ini, dapat anda jumpai pada Warung Dodol Bu Mamas di Jalan Batu Ampar I RT 13 RW 04 Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Selain itu, Jakarta menyimpan banyak lokasi dalam produksi pangan yang legit ini. Seorang wanita gigih di Jalan Kebagusan 3, Gg. Bakso, Ragunan, Jakarta Selatan, Nining yang merebah perjuangan bisnisnya sejak 1971 beserta suami, melanjutkan perjuangan neneknya yang hingga kini sudah meraih kesuksesan yang sangat gemilang. Berbagai gerai telah didirikan di wilayah nusantara, sedangkan Dodol Nining juga dijadikan sebagai oleh-oleh yang diimpor ke luar negeri. Bagi anda pengunjung Jakarta dan penikmat dodol, tak perlu khawatir untuk membelinya di lokasi tersebut di atas, layak untuk direkomendasikan. Harganya pun relatif makanan ringan lainnya, berkisar antara Rp. 50.000,- hingga Rp. 100.000,- dalam ukuran setengah kuali yang berasa durian. Sedangkan bagi anda yang berminat membeli satu kuali, sekitar Rp 500.000.



Si Pitung adalah seorang jawara, jago silat dan sekaligus juga pahlawan, tetapi orang Belanda di jaman kolonial sekitar abad 18 menyebutnya sebagai perampok. Si Pitung memang merampok, tetapi ia melakukannya untuk membantu rakyat miskin yang menderita akibat penindasan para tuan tanah di Betawi pada jaman kolonial, Sisa-sisa peninggalan kisah kepahlawanan Si Pitung sampai saat ini masih bisa dilihat di daerah Marunda Pulo, Jakarta Utara, tepatnya di sebuah rumah panggung terbuat dari bahan kayu yang disebut Rumah Si Pitung. Pitung bukanlah orang asli Marunda Pulo. Rumah bercat merah yang menggunakan namanya merupakan tempat pertemuan Pitung dengan kawan-kawannya, dan juga sebagai tempat ia bersembunyi dari kejaran tentara kompeni. Pitung belum menikah ketika meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai keturunan satu orang pun. Si Pitung ini leluasa menghadapi tentara kompeni karena tubuhnya kebal, tidak mempan ditembak. Tapi setelah kelemahannya ketahuan, ia tewas ditembak dengan peluru emas,